SKALA INTENSITAS NYERI DAN TIPE NYERI
SKALA KETERANGAN
10 Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
9, 8, 7 Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.
6 Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
5 Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
4 Nyeri seperti kram atau kaku.
3 Nyeri seperti perih atau mules.
2 Nyeri seperti meliiti atau terpukul.
1 Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan
0 Tidak ada nyeri.
Tipe Nyeri
SKALA KETERANGAN
10 Tipe nyeri sangat berat.
7-9 Tipe nyeri berat.
4-6 Tipe nyeri sedang.
1-3 Tipe nyeri ringan.
(Sumber: Saduran dari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, Asuhan Keperawatan pada Pasien Nyeri, 1996 ; 23).
SKALA KETERANGAN
10 Sangat dan tidak dapat dikontrol oleh klien.
9, 8, 7 Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien dengan aktifitas yang bisa dilakukan.
6 Nyeri seperti terbakar atau ditusuk-tusuk
5 Nyeri seperti tertekan atau bergerak.
4 Nyeri seperti kram atau kaku.
3 Nyeri seperti perih atau mules.
2 Nyeri seperti meliiti atau terpukul.
1 Nyeri seperti gatal, tersetrum atau nyut-nyutan
0 Tidak ada nyeri.
Tipe Nyeri
SKALA KETERANGAN
10 Tipe nyeri sangat berat.
7-9 Tipe nyeri berat.
4-6 Tipe nyeri sedang.
1-3 Tipe nyeri ringan.
(Sumber: Saduran dari Fundamental Of Nursing, Sudiharto, Asuhan Keperawatan pada Pasien Nyeri, 1996 ; 23).
DAFTAR NILAI KEKUATAN OTOT
Kekuatan otot dinilai dengan angka 0 (nol) sampai 5 (lima) :
SKALA KETERANGAN
0..............Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi, bila lengan/ tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.
1..............Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.
2..............Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3.............Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4............Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5............Kekuatan utuh.
Uji kekuatan otot sekali-kali bukan membandingkan kekuatan pasien dengan si pemeriksa (Augustinus, 2003 ; 36)
TEORI / KONSEP
A. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
Adapun cara latihan batuk efektif yaitu dengan : anjurkan klien menarik nafas selama 3x kemudian anjurkan klien batuk secara menghentak.
Batuk secara terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan banyak energi dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Untuk mengantisipasi hal tersebut kita dapat menggunakan teknik batuk efektif.
B. Latihan batuk efektif
Berfungsi mengeluarkan sekresi ( Stari, 1992 ).
LATIHAN BATUK
Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif) atau mulai di usia balita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya.
Latihan Batuk merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari sekret dan benda asing.
Adapun latihan batuk yang bisa dilakukan adalah:
Anak duduk dengan agak membungkuk. Minta ia menarik napas dalam-dalam lalu tahan dan kontraksikan otot perut. Tiup napas lebih kuat dan batuk.
A. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.
Adapun cara latihan batuk efektif yaitu dengan : anjurkan klien menarik nafas selama 3x kemudian anjurkan klien batuk secara menghentak.
Batuk secara terkekeh-tekeh dapat menyebabkan seseorang kehilangan banyak energi dan sulit untuk mengeluarkan dahak. Untuk mengantisipasi hal tersebut kita dapat menggunakan teknik batuk efektif.
B. Latihan batuk efektif
Berfungsi mengeluarkan sekresi ( Stari, 1992 ).
LATIHAN BATUK
Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk mengeluarkan lendir di saluran pernapasan. Agar batuk jadi efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini hanya bisa dilakukan pada anak yang sudah bisa diajak sedikit bekerja sama (kooperatif) atau mulai di usia balita. Untuk bayi, teknik batuk pada fisoterapi di rumah biasanya ditiadakan. Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara memuntahkannya.
Latihan Batuk merupakan cara yang paling efektif untuk membersihkan laring, trakea, bronkioli dari sekret dan benda asing.
Adapun latihan batuk yang bisa dilakukan adalah:
Anak duduk dengan agak membungkuk. Minta ia menarik napas dalam-dalam lalu tahan dan kontraksikan otot perut. Tiup napas lebih kuat dan batuk.
Latihan Batuk Efektif
Latihan
batuk efektif juga sangat diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anestesi general. Karena pasien akan mengalami pemasangan alat
bantu nafas selama dalam kondisi teransetesi. Sehingga ketika sadar pasien akan
mengalami rasa tidak nyaman pada tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir
kental di tenggorokan. Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien
setalah operasi untuk mengeluarkan lendir atau sekret tersebut.
Pasien
dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif dengan cara :
- Pasien condong ke depan dari posisi
semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas incisi
sebagai bebat ketika batuk.
- Kemudian pasien nafas dalam seperti
cara nafas dalam (3-5 kali)
- Segera lakukan batuk spontan, pastikan
rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada tenggorokan.
- Hal ini
bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya terhadap incisi.
- Ulangi lagi sesuai kebutuhan.
Jika selama batuk daerah
operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal kecil
atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan hati-hati
sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
Batuk mempengaruhi
interaksi personal dan sosial, mengganggu tidur dan sering menyebabkan ketidak
nyamanan pada tenggorakan dan dinding dada.
Sebagian besar
orang mencari pertolongan medis untuk batuk akur supaya mereda, sementara itu
ada orang yang takut batuknya menjadi penyakit yang serius.
Batuk terjadi
sebagai akibat stimulasi mekanik atau kimia pada nervus afferent pada
percabangan bronkus.
Batuk efektif
tergantung pada intaknya busur refleks afferent-efferent, ekspirasi yang
adekuat dan kekuatan dinding otot dada dan normalnya produksi dan bersihan
mukosiliar
Point penting
Umur
Durasi batuk
Dyspneu (saat istirahat atau aktivitas)
Gejala konstitusional
Riwayat merokok
Tanda vital (denyut jantung, respirasi, temperatur tubuh)
Pemeriksaan thorax
Radiologi thorax saat batuk yang tidak bisa dijelaskan terjadi lebih dari 3-6 minggu
Temuan Klinis
Gejala
Membedakan batuk akut (<> 3 minggu) merupakah langkah awal dalam mengevaluasi.
Pada individu dewasa yang sehat, sebagaian besar sindrom batuk diakibatkan oleh infeksi saluran respirasi oleh virus.
Batuk post infeksi yang berlangsung 3 – 8 minggu di sebut sebagai batuk sub akut untuk membaedakan dari batuk akut dan kronik.
Gejala klinik tambahan seperti demam, kongesti nasal dan radang tenggorokan dapat membantu dalam mendiagnosis.
Dyspneu ( saat istirahat atau aktivitas) mencerminkan kondisi yang serius dan memerlukan evaluasi lebih lanjut termasuk penilaian oksigenasi (pulse oksimetri atau pengukuran gas darah arteri), aliran udara (peak flow atau spirometri) dan penyakit parenkim paru ( radiologi thorax).
Waktu dan karakter batuk tidak bermanfaat untuk menentukan penyebab batuk akut ataupun persisten, meskipun varian batuk asma sebaiknya dipertimbangkan pada orang dewasa dengan batuk nokturna prominent.
Penyebab tidak umum batuk akut dicurigai pada orang dengan penyakit jantung (gagal jantung kongestif) atau hay fever (rhinitis alergi) dan orang dengan faktor resiko lingkungan (misalnya petani).
Batuk yang disebabkan oleh infeksi saluran respirasi akut membaik dalam 3 minggu pada 90% pasien.
Infeksi pertusis dicurigai pada orang dewasa yang sebelumnya di imunisasi dengan batuk persisten atau berat sekitar 2 – 3 minggu.
Saat tidak ditemukan terapi dengan obat ACE inhibitor, infeksi saluran respirasi akut dan radiologi thorax abnormal, sampai 90% kasus batuk persisten disebabkan oleh postnasal drip, asma atau gastroesophageal reflux disease (GERD).
Riwayat kongesti nasal atau sinus, wheezing atau rasa terbakar pada jantung (heartburn) sebaiknya cepat dievaluasi dan terapi. Kondisi tersebut sering menyebabkan batuk persisten pada keadaan batuk tanpa gejala lain yang terlihat.
Karsinoma bronkogenik dicurigai saat batuk disertai penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, demam dengan keringat malam terutama pada orang dengan riwayat merokok dan terpapar.
Batuk persisten yang disertai sekresi mukus yang banyak dicurigai bronkitis kronik pada perokok atau bronkiektasis pada pasien dengan riwayat pneumonia rekurent atau terjadi komplikasi, radiologi thorax dapat membantu.
Dyspneu pada istirahat atau aktifitas umumnya tidak terdapat pada pasien dengan batuk persisten. Dyspneu memerlukan penilaian lebih lanjut terhadap bukti lebih lanjut penyakit paru kronik atau gagal jantung kongestif.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat secara langsung sebagai alat diagnostik untuk batuk akut dan persisten. Pneumonia dicurigai saat batuk akut disertai dengan tanda vital yang abnormal (takikardi, takipneu, demam) atau ditemukan konsolidasi ruang udara (ronki, penurunan suara nafas, fremitus, egophny).
Meskipun sputum yang purulen berhubungan dengan infeksi bakteri pada pasien penyakit paru (misalnya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), cystik fibrosis), pada pneumonia merupakan prediktor yang jelek pada pasien dewasa sehat.
Terapi antibiotika pada orang dewasa dengan sputum yang purulen tidak menunjukan manfaat. Wheezing dan ronki sering ditemukan pada orang dewasa dengan bronkitis akut dan pada sebagian besar kasus tidak mencerminkan asma yang beronset pada dewasa.
Pemeriksaan fisik pada orang dewasa dengan batuk persisten kemungkinan dapat menunjukan bukti sinusitis kronik, syndrom post nasal drip atau asma.
Tanda dada dan jantung dapat membedakan PPOK dan GJK (Gagal Jantung Kongestif). Pada pasien batuk yang disertai dyspneu, test match normal (mampu membedakan match 25 cm jauhnya) dan tinggi laringeal maksimum 4 cm (diukur dari sternal notch ke kartilago cricoid pada akhir ekspirasi) menurunkan kemungkinan PPOK. Sama juga, tekanan vena jugularis dan reflux hepatojugular negatif menurunkan kemungkinan GJK biventrikular.
Diagnosis Banding
Batuk akut
Batuk akut dapat merupakan tanda infeksi saluran respirasi akut, asma, rhinitis alergi dan gagal jantung kongestif.
Batuk persisten
Penyebab batuk persisten termasuk infeksi pertusis, syndrom post nasal drip (atau sundrom batuk jalan nafas atas), asma (termasuk batuk varian asma), GERD, bronkitis kronik, bronkiektasis, tuberkulosis atau infeksi kronik lainnya, penyakit paru interstitial dan karsinoma bronkogenik. Batuk persisten dapat juga psikogenik.
Pemeriksaan Diagnostik
Batuk akut
Radiolograpi thorax dipertimbangkan pada orang dewasa dengan batuk yang akut yang menunjukan tanda vital yang abnormal atau pada pemeriksaan thorax curiga pneumonia.
Batuk persisten
Radiography thorax indiksai jika telah disingkirkan kemungkinan pasien menjalani terapi dengan ACE inhibitor dan batuk post infeksi dengan anamnesis.
Pemeriksaan terhadap infeksi pertusis dilakukan dengan menggunakan polymerase chain reaction pada swab nasopharingeal atau spesimen hidung. Saat radiologinya normal, pertimbangkan kemungkinan postnasal drip, asma dan GERD.
Terdapatnya gejala-gejala umum tersebut sebaiknya dievaluasi lebih lanjut atau diberikan terapi empirik.
Akan tetapi, terapi empirik direkomendasikan untuk postnasal drip, asma atau GERD selama 2-4 minggu meskipun penyakit-penyakit tersebut yang bukan menyebabkan batuknya.
Sekitar 25% kasus batuk persisten disebabkan berbagai macam penyebab.
Spirometri dapat membatu obstruksi saluran nafas pada pasien dengan batuk persisten dan wheezing dan yang tidak respon terhadap pengobatan asma.
Ketika terapi empirik untuk sindrom postnasal drip, asma dan GERD tidak membantu, evaluasi lebih lanjut diperlukan melalui pH manometri, endoskopi, barium swallow, CT scan sinus atau thorax.
Terapi
Batuk Akut
Dalam memberikan terapi batuk akut sebaiknya berdasarkan penyebab penyakitnya, batuknya sendiri dan faktor-faktor tambahan yang membuat batuk kambuh.
Ketika diagnosa influenza ditegakkan, terapi dengan amantadine, rimantadine, oseltamivir atau zanamivir efektif ( 1 hari atau kurang) ketida dimulai 30-48 jam dari onset penyakit.
Pada infeksi Chlamydia atau Mycoplasma, antibiotik seperti ertiromysin, 250 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau doksisiklin 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari.
Pada pasien dengan bronkitis akut, terapi dengan inhalasi beta 2 -agonis dapat mengurangi keparahan dan durasi batuk pada beberapa pasien.
Bukti menunjukan pemberian dextromethorphan bermanfaat dalam meringankan batuk pada orang dewasa dengan infeksi saluran respirasi akut.
Terapi postnasal drip (dengan antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid nasal) atau GERD (dengan H2 blocker atau proton-pump inhibittor) yang disertai dengan batuk akut dapat menolong.
Terdapat bukti bahwa vitamin C dan echinacea tidak efektif dalam mengurangi keparahan batuk akut, tetapi terdapat bukti juga bahwa vitamin C (sedikitnya 1 gram sehari) bermanfaat dalam mencegah flu pada orang dengan stress fisik (misal: setelah marathon) atau malnutrisi.
Batuk Persisten
Saat dicurigai infeksi pertusis, terapi dengan antibiotika makrolid tepat untuk mengurangi penyebaran dan transmisi organisme.
Jika infeksi pertusis berlangsung 7-10 hari, terapi antibiotika tidak mengurangi durasi batuk yang dapat berlangsung selama 6 bulan.
Tidak ada bukti yang merekomendasikan berapa lama terapi batuk persisten dilanjutkan untuk postnasal drip, asma atau GERD.
Gejala yang kambuh lagi memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Pasien dengan batuk persisten tanpa sebab yang jelas dikonsultasikan dengan otolaryngologist; terapinya dengan lidokain nebulasi
MANFAAT
- Untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan nafas
- Untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada penderita jantung.
Cara Batuk Efektif
- Tarik nafas dalam 4-5 kali
- Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
- Angkat bahu dan dada dilonggarkan serta batukan dengan kuat
- Lakukan empat kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan kebutuhan
- Perhatikan kondisi penderita
Cara Latihan Teknik Nafas Dalam
- Tarik nafas melalui hidung secara maksimal kemudian tahan 1-2 detik
- Keluarkan secara perlahan dari mulut
- Lakukanlah 4-5 kali latihan, lakukanlah minimal 3 kali sehari (pagi, siang, sore)
Pemeriksaan refleks fisiologis
Lengkung
Refleks
Refleks
adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Secara sederhana
lengkung refleks terdiri dari organ reseptor, neuron aferen, neuron efektor dan
organ efektor. Sebagai contoh ialah refleks patella. Pada otot terdapat serabut
intrafusal sebagai organ reseptor yang dapat menerima sensor berupa regangan
otot, lalu neuron aferen akan berjalan menuju medula spinalis melalui ganglion
posterior medulla spinalis. Akson neuron aferen tersebut akan langsung
bersinaps dengan lower motor neuron untuk meneruskan impuls dan
mengkontraksikan otot melalui serabut ekstrafusal agar tidak terjadi
overstretching otot (gambar 1). Namun begitu lengkung refleks tidak hanya
menerima respon peregangan saja, sebagai contoh respon sensorik kulit (gambar
2), aponeurosis, tulang, fasia, dll. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh
semua otot seran lintang (Martini, 2006;Snell, 2002).
Refleks
yang muncul pada orang normal disebut sebagai refleks fisiologis. Kerusakan
pada sistem syaraf dapat menimbulkan refleks yang seharusnya tidak terjadi atau
refleks patologis. Keadaan inilah yang dapat dimanfaatkan praktisi agar dapat
mengetahui ada atau tidaknya kelainan sistem syaraf dari refleks.
Pemeriksaan
reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya,
dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan,
kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot
anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom.
Interpretasi
pemeriksaan refleks fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga
tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil pemeriksaan refleks fisiologis
adalah sebagai berikut:
Tendon
Reflex Grading Scale
Grade Description
0 Absent
+/1+ Hypoactive
++/2+ ”Normal”
+++/3+ Hyperactive
without clonus
++++/4+ Hyperactive
with clonus
Suatu
refleks dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas dan respon gerak
reflektorik meningkat dari keadaan normal. Rangsangan yang diberikan harus
cepat dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas sehingga
justru melukai pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung tounus otot
sehingga otot yang diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit kontraksi, dan
bila hendak dibandingkan dengan sisi kontralateralnya maka posisi keduanya
harus simetris.
Secara
umum. Ada 3 unsur yang berperan dalam refleks yaitu jaras aferen, bussur
sentral dan jaras eferen.
Perubahan
ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam kualitas maupun
kuantitas dari refleks. Integritas dari arcus reflek akan terganggu jika
terdapat malfungsi dari organ reseptor, nercus sensorik, ganglion radiks
postreior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau
organ efektor. Pengetahuan tentang reflek dapat digunakan untuk menentukan
jenis kerusakan yang terjadi pada sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian
tentang reflek:
1. Brainstem reflek
Pittsburgh
Brain Stem Score
Cara
ini dapat digunakan unuk menilai reflex brainstem pada pasien koma.
No Rrainstem
Reflex Positive Negative
1 Reflex
bulu mata (kedua sisi) 2 1
2 Reflex
kornea (kedua sisi) 2 1
3 Doll’s
eyes movement (kedua sisi) 2 1
4 Reaksi
pupil terhadap cahaya (kanan) 2 1
5 Reaksi
pupil terhadap cahaya (kiri) 2 1
6 Reflex
muntah atau batuk 2 1
Interpretasi
:
Nilai
minimum ( 6 )
Nilai
Maximum ( 12; semakin tinggi semakin baik)
2. Superficial reflek/skin reflek
1.
Reflex dinding perut:
a.
Stimulus : Goresan dinding perut daerah, epigatrik, supraumbilical, infra
umbilical
dari lateral ke medial.
b.
Respon : kontraksi dinding perut
c.
Aferent : n. intercostals T 5-7 epigastrik , n,intercostals T 7-9 supra
umbilical,
n.intercostals
T 9-11 umbilical, n.intercostals T 11-L1 infra umbilical,
n.iliohypogastricus,
n.ilioinguinalis, d. Eferent : idem
2.
Reflex Cremaster
a.
Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
b.
Respon : elevasi testis ipsilateral
c.
Afferent : n.ilioinguinalis (L 1-2)
d.
Efferent : n. genitofemoralis
C.
Cara Kerja
Reflek
Fisiologis
1.
Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon periosteum dan kulit
2.
Anggota gerak yang akan dites harus dalam keadaan santai.
3.
Dibandingkan dengan sisi lainnya dalam posisi yang simetris
Refleks
Fisiologis Ekstremitas Atas
1.
Refleks Bisep
a.
Pasien duduk di lantai
b.
Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan
diletakkan
di
atas lengan pemeriksa
Stimulus
: ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii, posisi lengan
setengah ditekuk pada sendi siku. Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Afferent
: n.musculucutaneus (C 5-6); Efferent : idem
2.
Refleks Trisep
a.
Pasien duduk dengan rileks
b.
Lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa
c.
Pukullah tendo trisep melalui fosa olekrani
Stimulus
: ketukan pada tendon otot triceps brachii, posisi lengan fleksi pada sendi
siku dan sedikit pronasi .Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku .
Afferent
: n.radialis (C6-7-8); Efferent : idem
3.
Reflesk Brakhioradialis
a.
Posisi Pasien sama dengan pemeriksaan refleks bisep
b.
Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks
c.
Respon: muncul terakan menyentak pada lengan
4.
Refleks Periosteum radialis
a.
Lengan bawah sedikit di fleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
b.
Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis
c.
Respon: fleksi lengan bawah dan supinasi lengan
5.
Refleks Periosteum ulnaris
a.
Lengan bawah sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan
pronasi
b.Ketukan
pada periosteum os. Ulnaris
c.
Respon: pronasi tangan
Refleks
Fisiologis Ekstremitas Bawah
1.
Refleks Patela
a.
Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntai
b.
Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat
c.
Tangan pemeriksa memegang paha pasien
d.
Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain
e.
Respon: pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai
bawah
Stimulus
: ketukan pada tendon patella
Respon
: ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris
Afferent
: n.femoralis (L 2-3-4)
Efferent
:idem
2.
Refleks Kremaster
a.
Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial
b.
Respon: elevasi testis ipsilateral
3.
Reflesk Plantar
a.
Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
b.
Respon: plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki
4.
Refleks Gluteal
a.
Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
b.
Respon: kontraksi otot gluteus ipsilateral
5.
Refleks Anal Eksterna
a.
Kulit perianal digores dengan ujung tumpul palu refleks
Respon:
kontraksi otot sfingter ani eksterna
Reflek
Patologis
hoffmann
tromer
Tangan
pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa. Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang
lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif jika
terjadi fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari
rasping
Gores
palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa diantara ibujari dan telunjuk
penderita. Maka timbul genggaman dari jari penderita, menjepit jari pemeriksa.
Jika reflek ini ada maka penderita dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal
masih terdapat pada anak kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan
terdapat lesi di area premotorik cortex
Reflek
palmomental
Garukan
pada telapak tangan pasien menyebabkan kontraksi muskulus mentali ipsilateral.
Reflek patologis ini timbul akibat kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII
kontralateral
Reflek
snouting
Ketukan
hammer pada tendo insertio m. Orbicularis oris maka akan menimbulkan reflek menyusu.
Menggaruk bibir dengan tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal pada
bayi, jika positif pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
Mayer
reflek
Fleksikan
jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara halus normal akan timbul
adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya respon ini menandakan lesi di
tractus pyramidalis
Reflek babinski
Lakukan
goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan resopn fleksi jari-jari dan penarikan tungkai.
Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan
jari-jari lain akan menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
Reflek
oppenheim
Lakukan
goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua
jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski
Reflek gordon
Lakukan
goresan/memencet otot gastrocnemius, jika positif maka akan timbul reflek
seperti babinski
Reflek schaefer
Lakukan
pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul refflek seperti
babinski
Reflek caddock
Lakukan
goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit
ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski.
Reflek rossolimo
Pukulkan
hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi
jari-jari kaki.
Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan
telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
Cara memeriksa rangsangan meningeal
KAKU KUDUK.
Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah
kepalapasien yang
sedang berbaring, kemudian kepaladitekukan ( fleksi) dan diusahakan agar
dagumencapai dada. Selama penekukan diperhatikanadanya tahanan. Bila terdapat
kaku kuduk kitadapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapaidada. Kaku kuduk
dapat bersifat ringan atau berat
Cara Membaca Hasil Laboratorium | Nilai Normal Hasil Laboratorium
HB (HEMOGLOBIN)Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah pada darah ditentukan oleh kadar Hemoglobin.
Nilai normal Hb :
Wanita
|
12-16 gr/dL
|
Pria
|
14-18 gr/dL
|
Anak
|
10-16 gr/dL
|
Bayi baru lahir
|
12-24gr/dL
|
Peningkatan Hb terjadi pada pasien dehidrasi, penyakit paru obstruktif menahun (COPD), gagal jantung kongestif, dan luka bakar. Obat yang dapat meningkatkan Hb yaitu metildopa (salah satu jenis obat darah tinggi) dan gentamicin (Obat untuk infeksi pada kulit
TROMBOSIT (PLATELET)
Trombosit adalah komponen sel darah yang berfungsi dalam proses menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan.
Penurunan sampai di bawah 100.000 permikroliter (Mel) berpotensi terjadi perdarahan dan hambatan perm- bekuan darah. Jumlah normal pada tubuh manusia adalah 200.000-400.ooo/Mel darah. Biasanya dikaitkan dengan penyakit demam berdarah.
HEMATOKRIT (HMT)
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah, dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah. Semakin tinggi persentase HMT berarti konsentrasi darah makin kental. Hal ini terjadi karena adanya perembesan (kebocoran) cairan ke luar dari pembuluh darah sementara jumlah zat padat tetap, maka darah menjadi lebih kental.Diagnosa DBD (Demam Berdarah Dengue) diperkuat dengan nilai HMT > 20 %.
Nilai normal HMT :
Anak
|
33 -38%
|
Pria dewasa
|
40 – 48 %
|
Wanita dewasa
|
37 – 43 %
|
Peningkatan HMT terjadi pada dehidrasi, diare berat,eklampsia (komplikasi pada kehamilan), efek pembedahan, dan luka bakar, dan Iain-Iain.
LEUKOSIT (SEL DARAH PUTIH)
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
Nilai normal :
Bayi baru lahir
|
9000 -30.000 /mm3
|
Bayi/anak
|
9000 – 12.000/mm3
|
Dewasa
|
4000-10.000/mm3
|
Penurunan jumlah Leukosit (disebut Leukopeni) dapat terjadi pada infeksi tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, dan Iain-Iain. Selain itu juga dapat disebabkan obat-obatan, terutama asetaminofen (parasetamol),kemoterapi kanker, antidiabetika oral, antibiotika (penicillin, cephalosporin, kloramfenikol), sulfonamide (obat anti infeksi terutama yang disebabkan oleh bakter).
Hitung Jenis Leukosit (Diferential Count)
Hitung jenis leukosit adalah penghitungan jenis leukosit yang ada dalam darah berdasarkan proporsi (%) tiap jenis leukosit dari seluruh jumlah leukosit.
Hasil pemeriksaan ini dapat menggambarkan secara spesifik kejadian dan proses penyakit dalam tubuh, terutama penyakit infeksi. Tipe leukosit yang dihitung ada 5 yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Salah satu jenis leukosit yang cukup besar, yaitu 2x besarnya eritrosit (se! darah merah), dan mampu bergerak aktif dalam pembuluh darah maupun di luar pembuluh darah. Neutrofil paling cepat bereaksi terhadap radang dan luka dibanding leukosit yang lain dan merupakan pertahanan selama fase infeksi akut.
Peningkatan jumlah neutrofil biasanya pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan jaringan, apendiksitis akut (radang usus buntu), dan Iain-Iain.
Penurunan jumlah neutrofil terdapat pada infeksi virus, leukemia, anemia defisiensi besi, dan Iain-Iain.
EOSINOFIL
Eosinofil merupakan salah satu jenis leukosit yang terlibatdalam alergi dan infeksi (terutama parasit) dalam tubuh, dan jumlahnya 1 – 2% dari seluruh jumlah leukosit. Nilai normal dalam tubuh: 1 – 4%
Peningkatan eosinofil terdapat pada kejadian alergi, infeksi parasit, kankertulang, otak, testis, dan ovarium. Penurunan eosinofil terdapat pada kejadian shock, stres, dan luka bakar.
BASOFIL
Basofil adalah salah satu jenis leukosit yang jumlahnya 0,5 -1% dari seluruh jumlah leukosit, dan terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang seperti asma, alergi kulit, dan lain-lain.Nilai normal dalam tubuh: o -1%
Peningkatan basofil terdapat pada proses inflamasi(radang), leukemia, dan fase penyembuhan infeksi.
Penurunan basofil terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas (alergi), dan kehamilan
LIMPOSIT
Salah satu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan dan pembentukan antibodi. Nilai normal: 20 – 35% dari seluruh leukosit.
Peningkatan limposit terdapat pada leukemia limpositik, infeksi virus, infeksi kronik, dan Iain-Iain.
Penurunan limposit terjadi pada penderita kanker, anemia aplastik, gagal ginjal, dan Iain-Iain.
MONOSIT
Monosit merupakan salah satu leukosit yang berinti besar dengan ukuran 2x lebih besar dari eritrosit sel darah merah), terbesar dalam sirkulasi darah dan diproduksi di jaringan limpatik. Nilai normal dalam tubuh: 2 – 8% dari jumlah seluruh leukosit.
Peningkatan monosit terdapat pada infeksi virus,parasit (misalnya cacing), kanker, dan Iain-Iain.
Penurunan monosit terdapat pada leukemia limposit dan anemia aplastik.
ERITROSIT
Sel darah merah atau eritrosit berasal dari Bahasa Yunani yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung. Eritrosit adalah jenis se) darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Pada orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen rendah maka cenderung memiliki sel darah merah lebih banyak.
Nilai normal eritrosit :
Pria
|
4,6 – 6,2 jt/mm3
|
Wanita
|
4,2 – 5,4 jt/mm3
|
Pemeriksaan masa perdarahan ini ditujukan pada kadar trombosit, dilakukan dengan adanya indikasi (tanda-tanda) riwayat mudahnya perdarahan dalam keiuarga.
Nilai normal :
dengan Metode Ivy
|
3-7 menit
|
dengan Metode Duke
|
1-3 menit
|
Masa Pembekuan
Merupakan pemeriksaan untuk melihat berapa lama diperlukan waktu untuk proses pembekuan darah. Hal ini untuk memonitor penggunaan antikoagulan oral (obat-obatan anti pembekuan darah). Jika masa pembekuan >2,5 kali nilai normal, maka potensial terjadi perdarahan.Normalnya darah membeku dalam 4 – 8 menit (Metode Lee White).
Penurunan masa pembekuan terjadi pada penyakit infark miokard (serangan jantung), emboli pulmonal (penyakit paru-paru), penggunaan pil KB, vitamin K, digitalis (obat jantung), diuretik (obat yang berfungsi mengeluarkan air, misal jika ada pembengkakan).
Perpanjangan masa pembekuan terjadi pada penderita penyakit hati, kekurangan faktor pembekuan darah, leukemia, gagal jantung kongestif.
LAJU ENDAP DARAH (LED)
LED untuk mengukur kecepatan endap eritrosit (sel darah merah) dan menggambarkan komposisi plasma serta perbandingannya antara eritrosit (sel darah merah) dan plasma. LED dapat digunakan sebagai sarana pemantauan keberhasilan terapi, perjalanan penyakit, terutama pada penyakit kronis seperti Arthritis Rheumatoid (rematik), dan TBC.
Peningkatan LED terjadi pada infeksi akut lokal atau sistemik (menyeluruh), trauma, kehamilan trimester II dan III, infeksi kronis, kanker, operasi, luka bakar.Penurunan LED terjadi pada gagal jantung kongestif, anemia sel sabit, kekurangan faktor pembekuan, dan angina pektoris (serangan jantung).Selain itu penurunan LED juga dapat disebabkan oleh penggunaan obat seperti aspirin, kortison, quinine, etambutol.
G6PD (GLUKOSA 6 PHOSFAT DEHIDROGENASE)
Merupakan pemeriksaan sejenis enzim dalam sel darah merah untuk melihat kerentanan seseorang terhadap anemia hemolitika. Kekurangan G6PD merupakan kelainan genetik terkait gen X yang dibawa kromosom wanita. Nilai normal dalam darah yaitu G6PD negatif
Penurunan G6PD terdapat pada anemia hemolitik, infeksi bakteri, infeksi virus, diabetes asidosis.
Peningkatan G6PD dapat juga terjadi karena obat-obatan seperti aspirin, asam askorbat (vitamin C) vitamin K, asetanilid.
BMP (BONE MARROW PUNCTION)
Pemeriksaan mikroskopis sumsum tulang untuk menilai sifat dan aktivitas hemopoetiknya (pembentukan sel darah). Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada penderita yang dicurigai menderita leukemia.
Nilai normal rasio M-E (myeloid-eritrosit) atau perbandingan antara leukosit berinti dengan eritrosit berinti yaitu 3 :1 atau 4 :1
HEMOSIDERIN/FERITIN
Hemosiderin adalah cadangan zat besi dalam tubuh yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui ada tidaknya kekurangan zat besi dalam tubuh yang mengarah ke risiko menderita anemia.
PEMERIKSAAN ALKOHOL DALAM PLASMA
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya intoksikasi alkohol (keracunan alkohol) dan dilakukan untuk kepentingan medis dan hukum. Peningkatan alkohol darah melebihi 100 mg/dl tergolong dalam intoksikasi alkohol sedang berat dan dapat terjadi pada peminum alkohol kronis, sirosis hati, malnutrisi, kekurangan asam folat, pankreatitis akut (radang pankreas), gastritis (radang lambung), dan hipo-glikemia (rendahnya kadar gula dalam darah).
PEMERIKSAAN TOLERANSI LAKTOSA
Laktosa adalah gula sakarida yang banyak ditemukan dalam produk susu dan olahannya. Laktosa oleh enzim usus akan diubah menjadi glukosa dan galaktosa. Penumpukan laktosa dalam usus dapat terjadi karena kekurangan enzim laktase, sehingga menimbulkan diare, kejang abdomen (kejang perut), dan flatus (kentut) terus-menerus, hal ini disebut intoleransi laktosa. dalam jumlah besar kemudian diperiksa kadar gula darah . Apabila nilai glukosa darah sewaktu >20 mg/dl dari nilai gula darah puasa berarti laktosa diubah menjadi glukosa atau toleransi laktosa, dan apabila glukosa sewaktu <20 mg/dl dari kadar gula darah puasa, berarti terjadi intoleransi glukosa. Sebaiknya menghindari konsumsi produk susu. Hal ini dapat diatasi dengan sedikit demi sedikit membiasakan konsumsi produk susu.
Nilai normal :
dalam plasma
|
< 0,5 mg/dl
|
dalam urin
|
12-40 mg/dl
|
Merupakan salah satu enzim yang melepas hidrogen, dan tersebar luas pada jaringan terutama ginjal, rangka, hati, dan otot jantung.
Peningkatan LDH menandakan adanya kerusakan jaringan. LDH akan meningkat sampai puncaknya 24-48 jam setelah infark miokard (serangan jantung) dan tetap normal 1-3 minggu kemudian. Nilai normal: 80 – 240 U/L
SGoT (Serum Glutamik Oksoloasetik
Transaminase)
Merupakan enzim transaminase, yang berada pada serum dan jaringan terutama hati dan jantung. Pelepasan SGOT yang tinggi dalam serum menunjukkan adanya kerusakan pada jaringan jantung dan hati.
Nilai normal :
Pria
|
s.d.37 U/L
|
Wanita
|
s.d. 31 U/L
|
Peningkatan SGOT <3x normal = terjadi karena radang otot jantung, sirosis hepatis, infark paru, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT 3-5X normal = terjadi karena sumbatan saluran empedu, gagal jantung kongestif, tumor hati, dan Iain-lain.
Peningkatan SGOT >5x normal = kerusakan sei-sel hati, infark miokard (serangan jantung), pankreatitis akut (radang pankreas), dan Iain-lain.
SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah menunjukkan adanya trauma atau kerusakan hati.
Nilai normal :
Pria
|
sampai dengan 42 U/L
|
Wanita
|
sampai dengan 32 U/L
|
Peningkatan 3 – 10x normal terjadi pada infeksi mond nuklear, hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung).
Peningkatan 1 – 3X normal terjadi pada pankreatitis, sirosis empedu.
ASAM URAT
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting dari asam nukleat pada DNA dan RNA).Purin terdapat dalam makanan antara lain: daging, jeroan, kacang-kacangan, ragi, melinjo dan hasil olahannya. Pergantian purin dalam tubuh berlangsung terus-menerus dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak ada input makanan yang mengandung asam urat.
Asam urat sebagian besar diproduksi di hati dan diangkut ke ginjal. Asupan purin normal melalui makanan akan menghasilkan 0,5 -1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum dan urin bergantung pada fungsi ginjal, metabolisme purin, serta asupan dari makanan. Asam urat dalam urin akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing. Beberapa individu dengan kadar asam urat >8mg/dl sudah ada keluhan dan memerlukan pengobatan.
Nilai normal :
Pria
|
3,4 – 8,5 mg/dl (darah)
|
Wanita
|
2,8 – 7,3 mg/dl (darah)
|
Anak
|
2,5 – 5,5 mg/dl (darah)
|
Lansia
|
3,5 – 8,5 mg/dl (darah)
|
Dewasa
|
250 – 750 mg/24 jam (urin)
|
Penurunan asam urat terjadi pada anemia kekurangan asam folat, luka bakar, kehamilan, dan Iain-Iain. Obat-obat yang dapat menurunkan asam urat adalah allopurinol, probenesid, dan Iain-Iain.
Kreatinin
Merupakan produk akhir metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat (protein) diproduksi dalam hati. Ditemukan dalam otot rangka dan darah, dibuang melalui urin. Peningkatan dalam serum tidak dipengaruhi oleh asupan makanan dan cairan.
Nilai normal dalam darah :
Pria
|
0,6 – 1,3 mg/dl
|
Wanita
|
0,5 – 0,9 mg/dl
|
Anak
|
0,4 -1,2 mg/dl
|
Bayi
|
0,7 -1,7 mg/dl
|
Bayi baru lahir
|
0,8 -1,4 mg/dl
|
BUN (BLOOD UREA NITROGEN)
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin.
Nilai normal :
Dewasa
|
5-25 mg/dl
|
Anak
|
5-20 mg/dl
|
Bayi
|
5-15 mg/dl
|
Pemeriksaan Trigliserida
Merupakan senyawa asam lemak yang diproduksi dari karbohidrat dan disimpan dalam bentuk lemak hewani. Trigliserida ini merupakan penyebab utama penyakit penyumbatan arteri dibanding kolesterol.
Nilai normal :
Bayi
|
5-4o mg/dl
|
Anak
|
10-135 mg/dl
|
Dewasa muda
|
s/dl50 mg/dl
|
Tua (>50 tahun)
|
s/d 190 mg/dl
|
Peningkatan kadar trigliserida terjadi pada hipertensi (penyakit darah tinggi), sumbatan pembuluh darah otak,diabetes mellitus tak terkontrol, diet tinggi karbohidrat, kehamilan. Dari golongan obat, yang dapat meningkatkan trigliserida yakni pil KB terutama estrogen.
HDL (High Density Lipoprotein)
Merupakan salah satu dari 3 komponen lipoprotein (kombinasi protein dan lemak), mengandung kadar protein tinggi, sedikit trigliserida dan fosfolipid, mempunyai sifat umum protein dan terdapat dalam plasma darah. HDL sering disebut juga lemak baik, yang dapat membantu mengurangi penimbunan plak pada pembuluh darah.
Nilai normal :
Pria
|
>55 mg/dl
|
Wanita
|
>65 mg/dl
|
Risiko tinggi
|
<35 mg/dl
|
Risiko sedang
|
35 – 45 mg/dl
|
Risiko rendah
|
>6o mg/dl
|
LDL (Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung sedikit trigliserida, fosfolipid sedang, protein sedang, dan kolesterol tinggi. LDL mempunyai peran utama sebagai pencetus terjadinya penyakit sumbatan pembuluh darah yang mengarah ke serangan jantung, stroke, dan Iain-Iain.
Nilai normal : <150 mg/dl
risiko ringgi terjadi jantung koroner
|
>16o mg/dl
|
risiko sedang terjadi jantung koroner
|
130 -159 mg/dl
|
risiko rendah terjadi jantung koroner
|
<130 mg/dl
|
VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Merupakan lipoprotein plasma yang mengandung trigliserida, tinggi,fosfolipid,dan kolesterol sedang, serta protein rendah. Tergolong lipoprotein yang punya andil besar dalam menyebabkan penyakit jantung koroner.
Albumin
Albumin adalah protein yang larut air, membentuk lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh. Albumin diproduksi di hati, dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskular (cairan di dalam pembuluh darah) dapat dipertahankan.
Nilai normal :
Dewasa
|
3,8 – 5,1 gr/dl
|
Anak
|
4,0 – 5,8 gr/dl
|
Bayi
|
4,4 – 5,4 gr/dl
|
Bayi baru lahir
|
2,9 – 5,4 gr/dl
|
1.
|
Berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang
menahun, sindrom malabsorpsi, penyakit hati menahun, kelainan genetik.
|
2.
|
Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar
luas, penyakit usus, nefrotik sindrom (penyakit ginjal).
|
Natrium adaiah salah satu mineral yang banyak terdapat pada cairan elektrolit ekstraseluler (di luar sel), mempunyai efek menahan air, berfungsi untuk mempertahankan cairan dalam tubuh, mengaktifkan enzim, sebagai konduksi impuls saraf.
Nilai normal dalam serum :
Dewasa
|
135-145 mEq/L
|
Anak
|
135-145 mEq/L
|
Bayi
|
134-150 mEq/L
|
40 – 220 mEq/L/24 jam
Penurunan Na terjadi pada diare, muntah, cedera jaringan, bilas lambung, diet rendah garam, gagal ginjal, luka bakar, penggunaan obat diuretik (obat untuk darah tinggi yang fungsinya mengeluarkan air dalam tubuh).
Peningkatan Na terjadi pada pasien diare, gangguan jantung krohis, dehidrasi, asupan Na dari makanan tinggi,gagal hepatik (kegagalan fungsi hati), dan penggunaan obat antibiotika, obat batuk, obat golongan laksansia (obat pencahar).
Sumber garam Na yaitu: garam dapur, produk awetan (cornedbeef, ikan kaleng, terasi, dan Iain-Iain.), keju,/.buah ceri, saus tomat, acar, dan Iain-Iain.
KALIUM (K)
Kalium merupakan elektrolit tubuh yang terdapat pada cairan vaskuler (pembuluh darah), 90% dikeluankan melalui urin, rata-rata 40 mEq/L atau 25 -120 mEq/24 jam wa laupun masukan kalium rendah.
Nilai normal :
Dewasa
|
3,5 – 5,0 mEq/L
|
Anak
|
3,6 – 5,8 mEq/L
|
Bayi
|
3,6 – 5,8 mEq/L
|
Penurunan kalium (hipokalemia) terjadi jika masukan kalium dari makanan rendah, pengeluaran lewat urin meningkat, diare, muntah, dehidrasi, luka pembedahan.
Makanan yang mengandung kalium yaitu buah-buahan, sari buah, kacang-kacangan, dan Iain-Iain.
KLORIDA (Cl)
Merupakan elektrolit bermuatan negatif, banyak terdapat pada cairan ekstraseluler (di luar sel), tidak berada dalam serum, berperan penting dalam keseimbangan cairan tubuh, keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Klorida sebagian besar terikat dengan natrium membentuk NaCI (natrium klorida).
Nilai normal :
Dewasa
|
95-105 mEq/L
|
Anak
|
98-110 mEq/L
|
Bayi
|
95 -110 mEq/L
|
Bayi baru lahir
|
94-112 mEq/L
|
Peningkatan klorida terjadi pada penderita dehidrasi,cedera kepala, peningkatan natrium, gangguan ginjal,penggunaan obat kortison, asetazolamid, dan Iain-Iain.
KALSIUM (Ca)
Merupakan elektrolit dalam serum, berperan dalam keseimbangan elektrolit, pencegahan tetani, dan dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi gangguan hormon tiroid dan paratiroid.
Nilai normal :
Dewasa
|
9-11 mg/dl (di serum) ; <150 mg/24 jam (di urin
& diet rendah Ca) ; 200 – 300 mg/24 jam (di urin & diet tinggi
Ca)
|
Anak
|
9 -11,5 mg/dl
|
Bayi
|
10 -12 mg/dl
|
Bayi baru lahir
|
7,4 -14 mg/dl.
|
Peningkatan kalsium terjadi karena adanya keganasan (kanker) pada tulang, paru, payudara, kandung kemih, dan ginjal. Selain itu, kelebihan vitamin D, adanya batu ginjal, olah raga berlebihan, dan Iain-Iain, juga dapat memacu peningkatan kadar kalsium dalam tubuh.
PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (gula darah puasal nuchter) atau 2 jam setelah makan (gula darah post prandial).
Nilai normal gula darah puasa :
Dewasa
|
70 -110 mg/dl
|
Anak
|
60-100 mg/dl
|
Bayi baru lahir
|
30-80 mg/dl
|
Merupakan pemeriksaan untuk membantu menegakkan diagnosa thypus.Tes ini menggunakan antigen Salmonella jenis O (somat/k) dan H {flagel) untuk menentukan tinggi rendahnya titer antibodi. Titer antibodi pada penderita thypus akan meningkat pada minggu ke II. Kemudian titer antibodi O akan menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibodi H akan menetap sampai beberapa tahun.
Jika titer antibodi 0 meningkat segera setelah adanya demam, menunjukkan adanya infeksi Salmonella strain O dan demikian pula untuk strain H.
PEMERIKSAAN TORCH
Pemeriksaan untuk identifikasi adanya virus Toksoplasma Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan herpes simplek pada ibu dan bayi baru lahir, melalui sampel darah ibu. Pemeriksaan ini perlu dilakukan jika ada riwayat sebelumnya atau dugaan infeksi kongen/tal (bawaan) pada bayi baru lahir yang ditandai dengan hasil pemeriksaan imunoglobulin G pada janin lebih tinggi dibanding pada ibu.
Toksoplasma gondii merupakan parasit yang hidup dalam usus hewan piaraan rumah terutama anjing dan kucing. Selain itu, diduga parasit ini juga terdapat pada tikus, merpati, ayam, sapi, kambing, dan kerbau, sehingga mudah menular pada manusia. Jika parasit ini menginfeksi ibu hamil, maka dapat menyebabkan infeksi pada
Nilai normal pemeriksaan TORCH pada lgG ibu hamil dan janin adalah negatif.
POSTAT SPESIFIK ANTIGEN (PSA)
PSA adalah glikoprotein dari jaringan prostat yang meningkat jika terjadi hipertropi (pembesaran) dan meningkat lebih tinggi lagi pada penderita kanker prostat.
Pemeriksaan PSA pada pasien kanker prostat ini berfungsi untuk memonitor perkembangan sel kanker. Pemeriksaan ini lebih sensitif daripada fosfatase prostat, namun pemeriksaan kombinasi keduanya akan lebih akurat.
Nilai rujukan :
Tidak ada kelainan prostat
|
0-4 ng/ml
|
Pembesaran prostat jinak
|
4 -19 ng/ml
|
Kanker prostat
|
10-20 ng/ml
|
Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin dengan menggunakan reagen Benedict, Fehling, dan Iain-lain. Hasil dinyatakan dengan :
Negatif
|
jika warna tetap (tidak ada glukosa)
|
Positif 1 (+)
|
jika warna hijau kekuningan dan keruh (terdapat 0,5
-1% glukosa)
|
Positif 2 (++)
|
jika warna kuning keruh (terdapat 1 -1,5% glukosa)
|
Positif 3 (+++)
|
jika warna jingga seperti lumpur keruh (terdapat 2 – 3,5%
glukosa)
|
Positif 4 (++++)
|
jika warna merah keruh (terdapat > 3,5% glukosa)
|
ANALISA SPERMA
Merupakan pemeriksaan dengan bahan sperma untuk melihat jumlah, volume cairan, persentase sperma matang,pergerakan, dan Iain-Iain. Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan penyebab kemandulan pada pria.
Nilai normal pada pria dewasa :
Jumlah
|
50-150 juta/ml
|
Volume
|
1,5-5,0 ml
|
Bentuk
|
75 % matang
|
Mobilitas
|
60 % bergerak aktif
|